Rabu, 21 November 2018

Azan dan Ikamah


AZAN dan IKAMAH


Dalam shalat berjamaah, biasanya didahului dengan azan dan ikamah. Bagaimana ketentuan azan dan ikamah ? yuk kita pelajari materi berikut ini :

1.    Pengertian azan dan ikamah

Azan secara bahasa adalah pengumuman atau pemberitahuan, sedangkan secara istilah azan adalah panggilan untuk menunaikan shalat fardhu secara berjamaah atau perkataan tertentu yang berguna memberitahukan masuknya waktu shalat fardhu.
Ikamah adalah pertanda shalat berjamaah akan segera dimulai.

Lafal azan
(2x)              اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر
(2x)           أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ
(2x)    اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
(2x)               حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ
(2x)                حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
   (1x)             اَللهُ اَكْبَر , اَللهُ اَكْبَر
(1x)                     لاَ إِلَهَ إِلاَّالله

Khusus untuk azan shalat subuh, mu’azin biasanya mengucapkan lafal :
اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ ( Ash-shalaatu khairum minan-nauum )

yang artinya “ Sholat itu lebih baik dari pada tidur ” dan dibaca 2x setelah lafadz Hayya 'alal-falaah


حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ ).


Dengarkan Suara azan pada video berikut :

Sumber dari youtube : https://www.youtube.com/watch?v=krEp2lFDSQA

Bacaan yang diucapkan oleh orang yang mendengar azan
Disunahkan bagi orang yang mendengarkan azan baik laki-laki maupun wanita untuk :
a.     Mengucapkan seperti yang diucapkan mu’azin , kecuali dalam bacaan “Hayya ‘alas-shalah” dan bacaan “Hayya ‘alal falah” orang yang mendengarkannya mengucapkan “laa hawla wala quwwata illa billahil ‘aliyyil adzim”.
b.    Pada saat mu’azin melafalkan الصَلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَوْمِ maka kita dianjurkan mengucapkan صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ وَاَنَا عَلَى ذَالِكَ مِنَ الشَاهِدِيْنَ
c.    Setelah azan selesai disunahkan untuk bersalawat kepada nabi dengan pelan bagi yang azan maupun yang mendengar.
d.      Disunahkan membaca do’a ketika selesai mendengar azan ;
اَللّٰهُمَّ رَبَّ هٰذِهِ الدَّعْوَةِ التَّآمَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَآئِمَةِ، آتِ مُحَمَّدَانِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالشَّرَفَ وَالدَّرَجَةَ الْعَالِيَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًامَحْمُوْدَانِ الَّذِىْ وَعَدْتَهُ اِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ يَآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
2.   Hukum azan dan ikamah

Hukum azan menurut jumhur ulama’ adalah sunah muakkadah, yaitu bagi laki-laki yang dikerjakan di masjid untuk shalat wajib lima waktu dan shalat jum’at. Sedangkan selain untuk shalat tersebut, tidak disunahkan untuk mengumandangkan azan, misalnya shalat idul Fitri, shalat idul Adha, shalat tarawih, shalat jenazah, shalat gerhana dan lain sebagainya. Sebagai gantinya digunakan seruan dengan lafal “Ash-salatu jamiatan”  (   الصَّلاَةُ حَامِعَةُ  )

3.   Syarat azan  dan ikamah

Untuk dibenarkannya azan, maka ada beberapa syarat yang harus terpenuhi sebelumnya. Di antara syarat-syarat azan adalah :
a.   Telah masuk waktu ; seseorang mengumandangkan azan harus masuk waktu shalat fardhu, kecuali azan subuh yang pernah dilakukan 2 kali di masa Rasulullah Saw. Yaitu azan yang pertama sebelum masuk waktu subuh (1/6 malam terakhir), azan yang kedua adalah azan yang menandakan masuknya waktu subuh (saat fajar shadiq sudah menjelang).
b.      Harus BerbahasaArab ; Azan yang dikumandangkan dalam bahasa selain Arab tidak sah.
c.   Tidak Bersahutan ; Bila azan dilakukan dengan cara sambung menyambung antara satu orang dengan orang lainnya dengan cara bergantian, hukumnya tidak sah.
d.   Muslim, Laki, Aqil, Baligh ; Azan tidak sah apabila dikumandangkan oleh non-muslim, wanita, orang tidak waras ataupun anak kecil.
e.    Tertib Lafatnya ; tidak diperbolehkan untuk terbolak-balik dalam mengumandangkan lafal azan.

4.   SUNAH AZAN

Disunahkan orang yang mengumandangkan azan juga orang yang mengumandangkan ikamah, namun bukan menjadi keharusan yang mutlak, lantaran di masa Rasulullah Saw. Bilal ra. Mengumandangkan azan dan yang mengumandangkan ikamah adalah Abdullah bin Zaid.
Adapun sunah-sunah azan adalah sebagai berikut ;
a.    Hendaknya mu’azin suci dari hadas besar dan kecil
b.    Hendaknya mu’azin berdiri menghadap kiblat
c.  Menghadapkan wajah dan lehernya ke sebelah kanan ketik mengucapkan “Hayya ‘alas-shalah” dan ke sebelah kiri ketika mengucapkan “Hayya ‘alal falah”
d.     Hendaknya mu’azin memasukkan dua jari ke dalam telinganya
e.      Hendaknya mu’azin mengeraskan suaranya ketika azan

Soal Latihan



Copyright @ 2013 Yuk Belajar Fiqih MTs.